Kamis, 26 Mei 2016

Makalah Bahasa Indonesia : Kata, Diksi, dan Istilah





               KATA PENGANTAR


               Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Kata, Diksi, dan Istilah sebagai tugas dari mata kuliah Bahasa Indonesia.
               Makalah ini kami susun dengan bantuan beberapa pihak sehingga dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini. Selanjutnya, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
               Kmai menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu, kami mengajak pembaca untuk memberikan kritik dan saran agar makalah ini bisa tersusun lebih sempurna.
               Akhir kata, semoga makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya dan bermanfaat bagi pembaca umumnya.
Yogyakarta, 20 Maret 2016

Penulis

                



               BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar belakang

Bahasa terbentuk dari beberapa tataran gramatikal, yaitu dari tataran terendah sampai tertinggi, yaitu kata, frase, klausa, kalimat. Ketika menulis dan berbicara, kata adalah kunci pokok dalam membentuk tulisan dan ucapan. Maka dari itu kata - kata dalam bahasa Indonesia harus dipahami dengan baik, supaya ide dan pesan seseorang dapat dimengerti dengan baik. Kata kata yang digunakan dalam komunikasi harus dipahami dalam konteks alinea dan wacana. Tidak dibenarkan menggunkan kata kata dengan sesuka hati, tetapi harus mengikuti kaidah kaidah yang benar.
Di dalam istilah berisi kaidah yang mengatur bagaimana menggambarkan lambang-lambang bunyi ujaran dan bagaimana menggambarkan hubungan antara lambang-lambang itu baik pemisahan atau penggabungan dalam suatu bahasa.
Memang harus diakui, kecenderungan orang semakin mengesampingkan pentingnya   penggunaan bahasa,   terutama   dalam tata cara   pemilihan kata atau diksi. Agar tercipta suatu komunikasi yang efektif dan efisien, penggunaan diksi atau pemilihan kata dirasakan sangat penting, bahkan mungkin   vital, terutama   untuk   menghindari     kesalapahaman   dalam berkomunikasi.  Diksi atau pilihan kata dalam praktik berbahasa sesungguhnya mempersoalkan kesanggupan sebuah kata dapat juga frase atau kelompok kata untuk menimbulkan gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengarnya. Pemilihan kata tidak hanya digunakan dalam berkomunikasi namun juga digunakan dalam bahasa tulis (jurnalistik). Dalam bahasa tulis   pilihan kata (diksi) mempengaruhi pembaca mengerti atau tidak dengan kata-kata yang kita pilih.


B.   Rumusan masalah

1.      Apa yang dimaksud dengan kata ?
2.      Apa yang dimaksud dengan makna kata ?
3.      Apa yang dimaksud dengan diksi ?
4.      Apa yang dimaksud dengan istilah ?

C.   Tujuan

1.                   Mahasiswa dapat memahami apa yang dimaksud dengan kata
2.                   Mahasiswa dapat memahami apa yang dimaksud dengan makna kata
3.                   Mahasiswa dapat memahami apa yang dimaksud dengan diksi
4.                   Mahasiswa dapat memahami apa yang dimaksud dengan istilah

5.                    

               BAB II
PEMBAHASAN

A.            Kata

1.                       Pengertian Kata
Kata  adalah kumpulan beberapa huruf yang memiliki makna tertentu. Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan suatu perasaan dan pikiran yang dapat dipakai dalam berbahasa.  [1] Jadi, kata adalah satuan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri dan memiliki arti sendiri. Misalnya: bunga, rumah, baju, cerdas, pintar, dan sebagainya.


Sebuah kata dapat mengalami beberapa macam perubahan bentuk. Misalnya, kata dasar rumah dapat berubah menjadi berumah, perumahan (kata berimbuhan), rumah-rumah (kata ulang), ruamh makan,  rumah sakit (kata majemuk/gabungan kata). [2]


Kita menyadari bahwa kosakata bahasa Indonesia banyak dipengaruhi oleh bahasa asing dan bahasa daerah. Kontak bahasa Indonesia tidak dapat dielakan karena selain bangsa Indonesia memiliki bahasa daerah dalam jumlah yang banyak, kita juga berhubungan dengan bangsa lain yang memiliki bahasa berbeda-beda pula. Kata-kata pungut adalah kata yang diambil dari kata-kata asing. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan kita terhadap nama dan penamaan benda atau situasi tertentu yang belum dimiliki bahasa Indonesia. Pemungutan kata-kata asing sangat diperlukan karena tuntutan zaman dan kebutuhan ilmu pengetahuan serta teknologi modern.[3] Jadi, dalam era globalisasi seperti ini, kita memerlukan komunikasi yang lancar dalam segala macam kehidupan.



Pemungutan/adopsi kata dari bahasa asing kedalam bahasa Indonesia melaui beberapa cara :

1.        Penyerapan Utuh
Contoh :
bank                                             bank
hotel                                             hotel
monitor                                        monitor
2.        Penyerapan Penyesuaian
Contoh :
computer                                     komputer
univercity                                     universitas
aplication                                     aplikasi
3.        Penerjemahan
Contoh :
higher education                          pendidikan tinggi
network                                        jaringan kerja
search again                                mesin pencari
4.        Penerjemahan dan Penyesuaian
Contoh :
survey research                           penelitian surval
ready to install                             siap menginstal
public opinion                              pendapat publik[4]



Jadi dapat disimpulkan, pengertian yang tersirat dalam sebuah kata itu mengandung makna bahwa  tiap kata mengungkapkan sebuah makna, gagasan, ataupun ide. Kata-kata ibarat “pakaian” yang dipakai oleh pikiran kita. Tiap kata memiliki jiwa. Setiap anggota masyarakat harus mengetahui “jiwa” setiap kata,  agar ia dapat menggerakan orang lain dengan “jiwa” dari kata-kata yang dipergunakannya.[5]


Apabila kita menyadari bahwa kata merupakan alat penyalur gagasan, maka hal itu semakin banyak kata yang dikuasai seseorang, semakin banyak pula ide atau gagasan yang ditangkapnya dan dikuasainya. Sehingga dapat dengan mudah dan lancar mengadakan komunikasi dengan orang-orang lain, seperti yang kita ketahui, hanya karena kita tidak cukup memiliki kata atau gagasan, sehingga lawan bicara kita tidak mengetahui secara jelas apa yang dibicarakannya.

2.                       Jenis-jenis kata
a.        Kata Kerja (Verba)
Kata kerja adalah kata yang menyatakan makna perbuatan, pekerjaan, tindakan, proses, atau keadaan. Contoh : membuat, menonton, makan, minum, dan sebagainya.
b.        Kata Sifat (Adjektiva)
Kata sifat adalah kata yang menjelaskan, mengubah, atau menambah arti suatu kata benda yang diikutinya hingga menjadi lebih spesifik. Contoh : baju baru, lukisan indah, rumah  mewah, beruang besar, dan sebagainya.
c.         Kata Benda (Nomina)
Kata benda adalah kata yang mengacu pada manusia, binatang, benda, dan konsep atau pengertian. Contoh : murid, burung, kursi, dan batu, rumah, pakaian, dan sebagainya.
d.        Kata Bilangan (Numeralia)
Kata bilangan adalah kata yang dipakai untuk menghitung banyaknya benda (orang, binatang, atau barang) dan konsep. Contoh : satu, kedua, suatu, beberapa, berbagai, tiap-tiap, semua, sebagian,  dan sebagainya.


e.        Kata Ganti (Pronomina)
Kata ganti adalah kata yang berfungsi untuk menggantikan orang, benda, atau sesuatu yang dibedakan. Contoh : aku, , kamu, kita, mereka, ini, itu, sesuatu, seseorang, siapa, dan sebagainya.
f.          Kata Keterangan (Adverbia)
Kata keterangan adalah kata yang memberi keterangan pada kata lainnya. Contoh :  paling, sedikit, banyak, sekarang, lusa, dan sebagainya.
g.        Kata Tunjuk (Demonstrative)
Kata tunjuk adalah kata yang dipakai untuk menunjuk atau menandai orang atau benda secara khusus.  Contoh : ini, itu, disana, disitu, berikut, dan sebagainya.
h.        Kata Tanya (Intirogativa)
Kata tanya adalah kata yang digunakan untuk menanyakan sesuatu. Contoh : apa, siapa, kapan, dimana, bagaimana, dan sebagainya.
i.          Kata Sandang (Artikula)
Kata sandang adalah kata yang digunakan untuk membatasi kata benda. Contoh :  si dia, si terdakwah, sang Merah Putih, sang mertua, dan sebagainya.
j.          Kata Depan (Preposis)
Kata depan adalah kata tugas yang berfungsi sebagai unsur pembentuk frasa preposisional.  Contoh : di, ke, dari, bagi, untuk, dalam, guna, pada, oleh, dengan, dan sebagainya.
k.         Kata Seru (Interjeksi)
Kata seru adalah kata tugas yang mengungkapkan rasa hati manusia. Contoh : aduhai, asyik, Ayo, nah, hai, ah, halo, dan sebagainya.
l.          Kata Penghubung (Konjungsi)
Kata penghubung adalah kata tugas yang menghubungkan dua klausa, kalimat, atau aragraph. Contoh : dan, atau,tetapi, sebab, karena, dan sebagainya.
m.      Kata Ulang (Reduplikasi)
Kata ulang adalah kata yang mengalami proses pengulangan. Contoh : mobil-mobil,  gedung-gedung, rumah-rumah, dan sebagainya.

B.            Makna Kata

1.                       Pengertiaan Makna  Kata
Kata dalam bahasa Indonesia memiliki dua aspek, yaitu aspek bentuk dan aspek makna. Aspek bentuk merupakan aspek yang dapat kita dengar atau dilihat. Aspek makna gambaran yang muncul di dalam benak kita sesudah mendengar atau membaca kata tertentu. [6]


Jadi, makna kata adalah maksud yang terkandung serta tersimpul dari suatu kata. Contoh sederhananya adalah kata  rumah, kata  rumah memiliki makna  tempat tinggal. Jadi setiap kata itu selalu terhubung dan saling berkaitan dengan suatu hal, bisa berkaitan dengan benda, ataupun berkaitan dengan suatu aktifitas, peristiwa, maupun keadaan. 
2.        Jenis-jenis Makna Kata
Makna kata sendiri dalam kaidah bahasa Indonesia memiliki beberapa jenis, secara umum jenis-jenis makna kata adalah sebagai berikut :
a.        Makna denotasi-konotasi
Makna kata denotasi adalah kata yang memiliki makna yang sebenarnya atau sesuai dengan kenyataanya dan tidak memiliki makna ganda. Misalnya tikus itu telah  mati. Kata  mati dalam kalimat tersebut hanya memiliki satu arti yang langsung dan lugas, yaitu  tak bernyawa.
Makna kata konotasi adalah kata yang memiliki makna tidak secara langsung atau lebih pada kiasan. Misalnya : orang berlomba-lomba berebut  kursi  di senayan. Kata  kursi  disini bukan berarti hanya sebuah kursi, tapi lebih bermakna  jabatan atau  kedudukan.[7]


Kata membanting tulang (makna denotatif adalah pekerja membanting sebuah tulang) mengandung makna “bekerja keras” yang merupakan sebuah kata kiasan dan termasuk golongan kata yang bermakna konotatif. Kata-kata yang dipakai secara kiasan pada suatu kesempatan penyampaian seperti ini disebut dengan idiom atau ungkapan. Semua bentuk idiom atau ungkapan tergolong dalam kata yang bermakna konotatif. Misalnya : kepala batu, keras kepala, panjang tangan, ringan tangan, dan sebagainya.[8]


b.        Makna Leksial dan Makna gramatikal
Makna leksial/makna kampus adalah makna kata secara lepas tanpa terkait dengan kata lainnya dalam sebuah struktur bahasa. Misalnya : kata rumah bermakna “bangunan untuk tempat tinggal”.
Makna gramatikal adalah makna baru yang timbul pada suatu kata karena proses pembentukan kata. Misalnya : kata berumah berarti “mempunyai rumah”.[9]


c.         Makna Lugas dan Makna Kiasan
Makna lugas adalah makna yang acuannya cocok dengan makna kata yang bersangkutan. Misalnya kata kaki pada kaki ayam dan kaki kucing.
Disamping makna lugas, banyak kata yang didalam pemakaiannya memunculkan makna kiasan. Misalnya kata kaki pada kaki tangan dan kaki gunung.
d.        Makna Kontekstual
Makna kontekstual adalah makna yang ditentukan oleh konteks pemakaiannya (hubungan antara makna ujaran dan dengan situasi tempat ujaran digunakan). Misalnya bunga adalah bagian tumbuhan yang akan menjadi buah, berwarna indah, dan biasannya berbau harum.
Namun dalam kalimat sebagai bunga kampus, mahasiswi itu tidak hanya dijadikan topik pembicaraan dikalangan mahasiswa saja, tetapi juga dikalangan para dosen.

3.        Perubahan Makna Kata
Dalam memilih kata, kita harus waspada karena makna kata itu kerap sekali berbeda. Perubahan ini dapat meluas atau menyempit, atau kadang-kadang berubah sama sekali.[10] Misalnya kata “Ibu” dulu hanya mengandung arti “wanita yang telah melahirkan”, sekarang maknanya menjadi meluas ke “wanita yang sudah dewasa”. Adapun faktor penyebab perubahan makna adalah sebagai berikut :


a.      Kebahasaan
1).   Perubahan intonasi adalah perubahan makna yang diakibatkan oleh perubahan nada, irama, dan tekanan. Misalnya: kalimat ‘ia makan’ dapat berubah maknanya jika intonasi kalimat diubah ke dalam ‘ia makan?’ atau ‘ia makan!’ atau ‘ia makaaaan’.
2).   Perubahan struktur frasa. Misalnya: kaleng susu (kaleng bekas tempat susu) dan susu kaleng (susu yang dikemas dalam kaleng)
 3).   Perubahan bentuk kata
b.   Kesejarahan
Misalnya: kata perempuan pada zaman Penjajahan Jepang digunakan untuk menyebut perempuan penghibur. Sekarang orang menggantinya dengan kata wanita. Kini setelah orang melupakan peristiwa tersebut kata perempuan kembali digunakan dengan pertimbangan kata tersebut lebih mulia daripada kata wanita.
c.         Kesosialan
Sebelum tahun 1945, kata “gerombolan” berarti kumpulan orang biasa digunakan. Kemudian, kata ini tidak lagi digunakan karena berkonotasi negatif dengan pemberontak atau kumpulan orang yang suka berbuat onar. 
d.        Kejiwaan
Perubahan makna karena faktor kejiwaan ditimbulkan oleh pertimbangan rasa takut atau kesopanan. Misalnya, kata “utang” diganti dengan “bantuan” atau “pinjaman”, padahal makna kata “utang” dan bantuan itu berbeda.
e.        Bahasa asing
Perubahan  makna karena faktor bahasa asing, misalnya tempat untuk orang terhormat diganti dengan VIP, jalur khusus bus dengan busway.

C.                 Diksi

1.        Pengertian Diksi
Dalam Kamus Umum Besar Bahasa Indonesia (1997:233) disebutkan bahwa diksi adalah pilihan kata yang tepat dan selaras untuk mengungkapkan gagasan sehingga memperoleh efek tertentu (seperti yang diharapkan). Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh Kridalaksana (1993;44) bahwa diksi adalah pilihan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam berbicara di depan umum atau dalam karang mengarang. Dengan perkataan lain, diksi merupakan seleksi kata-kata untuk mengekspresikan ide atau gagasan dan perasaan sehingga secara efektif dan tepat di dalam makna, audiens, dan kejadian[11]


Kata yang tepat akan membantu sesorang mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin disampaikannya, baik lisan maupun tulisan. Disamping itu, pemilihan kata itu harus sesuai dengan situasi dan kondisi penggunaan kataa-kata itu.
Penggunaan ketetapan pilihan kata dipengaruhi oleh kemampuan pengguna bahasa dalam mengetahui, memahami, menguasai, dan menggunakan sejumlah kosakata secara aktif yang dapat mengungkapkan gagasan secara tepat dan efektif kepada pembaca atau pendengarnya.[12] Maka untuk memilih kata yang tepaat dan benar, sumber referensinya bisa dari Kamus Besar Bahasa Indonesia.


Jelaslah bahwa seseorang yang luas kosakatanya dan mengetahui secara tepat batasan-batasan pengertiannya, akan mengungkapkan pula secara tepat apa yang dimaksudnya. [13] Disisi lain mereka yang hanya memperhatikan ketepatan pilihan kata namun tidak memperhatikan kondisi dsn situasinya dapat juga tidak diterima karena merusak suasana yang ada. Jadi sebuah kata yang tepat untuk menyatakan maksud tertentu harus mengerti akan ketepatan kata tersebut dan bagaimana situasi dan kondisinya.



2.             Syarat Diksi
Dalam pemilihan kata, ada beberapa hal yang harus diperhatikannya :
e.        Ketepatan dan kesesuaian
Ketetapan diksi adalah kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau pendengar, seperti apa yang dipikirkan atau dirasakan oleh penulis atau pendengar.[14] untuk mengasilkannya perlu diperhatikan hal-hal berikut ini :


1)        Sinonim, homofon, hommograf,  dan homonim
e.a)  Sinonim adalah adalah dua kata atau lebih yang pada asasnya mempunyai makna yang sama, tetapi bentuknya berlainan. Contoh : menonton, melihat, memandang, dan mengawasi.
e.b)  Homofon adalah istilah yang sama lafalnya, tetapi berbeda ejaannya. Contoh  : bank (BRI) dan bang (bang Doel)
e.c)  Homograf adalah istilah yang sama ejaanya, tetapi berbeda lafalnya. Contoh : apel (nama buah) dan apel (upacara)
e.d)  Homonim adalah   suatu kata yang memiliki makna yang berbeda tetapi lafal atau ejaan sama. Jika lafalnya sama disebut  homofon, tetapi jika yang sama adalah ejaannya maka disebut homograf. Contoh  :  ke ranjang (menuju tempat tidur) dan keranjang  (alat).[15]


2)        Kata Abstrak dan Konkret
Kata abstrak adalah kata yang acuannya sulit diserap oleh pancaindra. Misalnya perdamaian dan gagasan.
Kata konkret adalah kata yang acuannya dapat diserap oleh panca indera. Misalnya :  rumah, kampus, komputer, meja, dan sebagainya.
Salah satu upaya pemerintah Indonesia dalam meningkatkan kesejahteraan (abstrak) rakyatnya adalah memberikan dana  BLT (konkret) kepada yang berhak menerimanya.[16]


3)        Kata Umum dan Khusus
Kata umum adalah kata yang acuannya lebih luas. Contoh : ikan.
Kata khusus adalah kata yaang acuannya lebih khusus atau sempit. Contoh : mujair, gurami, gabus, koi, dan sebagainya.
4)        Kata Populer dan Kata Kajian/Ilmiah
Kata populer adalah kata yang biasa digunakan dalam komunikasi sehari-hari masyarakat umum.
Kata kajian/ilmiah adalah  kata-kata logis dari bahasa asing yang dapat diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia.

Populer
kajian/ilmiah
Wirausaha
Penggantian
pertanggungjawaban
ahli
pembuktian
enterpreneurship
konversi
akuntabilitas
pakar/eksper
verifikasi


 [17]


f.          Kebenaran
1)        Sesuai dengan kaidah pembentukan kata
f.a)   Luluh (me-/pe + kata dasar berhuruf awal /p/, /t/ /k/ /s/)
me + pakai                     = memakai
pe + tahap + an              = penahapan
me + koreksi                  = mengoreksi
me + suplai                    = menyuplai
f.b)   Tetap (me-/pe + kata berhuruf awal /c/, /r/, /l/,  /pr/, /tr/, /kl/, /kt/, /st/, /sy/)
me + contoh                   = mencontoh
pe + rajin                        = merajin
pe + lepas + an               = pelepasan
me + produksi                = memproduksi
me + transfer                 = mentrasfer
me + klarifikasi  = mengklarifikasi
me + kritik                      = mngkritik
me + stater                    = menstater
me + syarat + kan          = mensyaratkan
f.c)    Tambah (me-/pe + kata dasar bersuku kata satu )
me +  cat            = mengecat
pe + bom            = mengebom
me + sah + kan               = mengesahkan
f.d)   Tetap ( awalan meN-) + (/a/, /i/, /u/, /e/, /o/)
me + alih + kan              = mengalihkan
me + iris             = mengiris
me + ubah                      = mengubah
me + elak           = mengelak
me + olah           = mengolah
f.e)   Sesuai dengan EYD
Benar                             Salah
akselerasi           axelerasi
hipotesis                         hipotesa
nasihat                           nasehat
grup                                group
ijazah                              ijasah[18]



2)        Kecermatan / Kehematan
a)        Menghemat penggunaan kata bersinonim
Yakni  dalam satu kalimat tidak menggunakan kata yang bersinonim.  Contoh : adalah/merupakan, agar/supaya, guna/untuk/demi.[19]


b)        Ungkapaan Idiomatik
Yakni kontruksi yang khas pada suatu bahasa yang salah satu unsurnya tidak dapat dihilangkan atau diganti.  Contoh : terdiri atas/dari, berbicara tentang, bergantung pada, baik... maupun, dan bukan...  melainkan.[20]


c)        Bentuk jamak
Benar                             Salah
banyak kampus              banyak kampus-kampus
beberapa ibu                  beberapa ibu-ibu
para dosen                     para dosen sekalian[21]


d)        Konteks kalimat
Dalam pemilihan kata harus sesuai dengan konteks kalimatnya. Contoh :
Ø        Tiap-tiap mahasiswa diwajibkan membayar uang SPP.
Ø        Masing-masing mengemukakan pendapatnya.
Ø        Mereka pulang ke rumah masing-masing.[22]


D.           Istilah

1.        Pengertian Istilah
Istilah adalah kata atau frasa yang dipakai sebagai nama atau lambang dan dengan cermat mengungkapkan makna, proses,  keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.[23] Untuk mencari makna istilah kita bisa juga mencari di dalam kamus, namun bukan kamus umum melainkan kamus istilah. Dalam tiap bidang keilmuan memiliki istilah-istilah khusus, seperti dalam bidang biologi, matematika, pertanian, kehidupan atau kemasyarakatan dan sebagainya.



2.         Persyaratan Istilah yang baik
Dalam pembentukan istilah perlu diperhatikan persyaratan dalam pemanfaatan kosakata bahasa Indonesia yaitu :
a.        Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang paling tepat untuk mengungkapkan konsep termaksud dan yang tidak menyimpang dari makna itu,
b.        Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang paling singkat diantara pilihan yang tersedia yang mempunyai rujukan yang sama. Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang bernilai rasa (konotasi) baik.
c.         Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang enak didengar (eufonik)
d.        Istilah yang dipilih adalah kata atau frasa yang bentuknya menurut kaidah bahasa Indonesian.[24]



3.        Jenis-jenis Istilah
a.      Istilah Khusus
Istilah khusus adalah istilah yang maknanya terbatas pada bidang tertentu saja.
 Misalnya :
Apendektomi                           Kurtonis
Bipatride                                 Pleistosen
b.      Istilah Umum
Istilah umum adalahistilah yang berasal dari bidang tertentu, yang karena dipakai secara luas menjadi unsur kosakata umum.
Misalnya :
Anggaran belanja                    Penilaian
Daya                                        Radio
Nikah                                       Takwa[25]












               BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan

 Dalam realita yang ada, telah kita ketahui bersama bahwa perbedaan ada warna dari sebuah kehidupan, maka dari itu sudah barang tentu dan lazim dalam realita kehidupan secara efektifitas manusia saling berhubungan satu antara lainnya. Kata adalah satuan bahasa terkecil yang dapat berdiri sendiri atau kata adalah kumpulan dari beberapa huruf yang mengandung arti tersendiri.

                Kata dalam bahasa Indonesia memiliki dua aspek, yaitu aspek bentuk dan aspek makna. Aspek bentuk merupakan aspek yang dapat kita dengar atau dilihat. Aspek makna gambaran yang muncul di dalam benak kita sesudah mendengar atau membaca kata tertentu. Dalam memilih kata, kita harus waspada karena makna kata itu kerap sekali berbeda. Perubahan ini dapat meluas atau menyempit, atau kadang-kadang berubah sama sekali
Diksi adalah kemampuan penulis untuk mendapatkan kata agar dalam pembacaan dan pengertiannya tepat.
Istilah adalah kata atau frasa yang dipakai sebagai na.ma atau lamabang dan dengan cermat mengungkapkan makna, proses,  keadaan, atau sifat yang khas dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni


               DAFTAR PUSTAKA


http://goresankertasadres.blogspot.co.id/2015/06/makalah-bahasa-indonesia-jenis-
jenis.html pukul 22.00 tanggal 18 Maret 2016.
Dr. Goryz Keraf,  Diksi dan Gaya Bahasa, ( Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Umum,  2008)
Siti Rokhmi Lestari, S.S. dan Eva Dwi Kurniawan, S.S, Bahasa Indonesia : Untuk
Perguruan Tinggi, (Yogyakarta : Edukasi Pustaka, 2011)
http://media-online.id/2014/09/pengertian-makna-kata-dan-jenis-jenisnya.html
pukul 21.05 tanggal 20 Maret 2016.
Ngalimun Syahroni, M.Pd., Dwi Wahyu Candra dewi, M.Pd., dan Mahmudi,
M.pd., Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta : Aswaja
Pressindo, 2013)
Eneng Herniti, M.Hum., Sri harini, M.Si., dan Dra. Navilah Abdullah, M.Ag.,
Bahasa Indonesia, (Yogyakarta :Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga,
2005)










[2]              _ Siti Rokhmi Lestari, S.S. dan Eva Dwi Kurniawan, S.S, Bahasa Indonesia : Untuk Perguruan Tinggi, (Yogyakarta : Edukasi Pustaka, 2011), hal.46.

[3]              _ Ibid, hal. 46.

[4]              _Ibid, hal. 46-47.

[5]              _ Dr. Goryz Keraf,  Diksi dan Gaya Bahasa, ( Jakarta : PT Gramedia Pustaka Umum,  2008), hal.21.

[6]              _ Siti Rokhmi Lestari, S.S. dan Eva Dwi Kurniawan, S.S, Bahasa Indonesia : Untuk Perguruan Tinggi, (Yogyakarta : Edukasi Pustaka, 2011), hal. 51.

[7]              _ http://media-online.id/2014/09/pengertian-makna-kata-dan-jenis-jenisnya.html  pukul 21.05 tanggal 20 Maret 2016.

[8]              _ Ngalimun Syahroni, M.Pd., Dwi Wahyu Candra dewi, M.Pd., dan Mahmudi, M.pd., Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta : Aswaja Pressindo, 2013), hal. 29.

[9]              _ Siti Rokhmi Lestari, S.S. dan Eva Dwi Kurniawan, S.S, Bahasa Indonesia : Untuk Perguruan Tinggi, (Yogyakarta : Edukasi Pustaka, 2011), hal. 51.

[10]           _ Ibid, hal. 52.

[11]           _ Eneng Herniti, M.Hum., Sri harini, M.Si., dan Dra. Navilah Abdullah, M.Ag., Bahasa Indonesia, (Yogyakarta :Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2005), hal.55.

[12]           _ Siti Rokhmi Lestari, S.S. dan Eva Dwi Kurniawan, S.S, Bahasa Indonesia : Untuk Perguruan Tinggi, (Yogyakarta : Edukasi Pustaka, 2011), hal. 48.

[13]           _ Dr. Goryz Keraf,  Diksi dan Gaya Bahasa, ( Jakarta : PT Gramedia Pustaka Umum,  2008),   hal. 24.

[14]           _ Eneng Herniti, M.Hum., Sri harini, M.Si., dan Dra. Navilah Abdullah, M.Ag., Bahasa Indonesia, (Yogyakarta :Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2005), hal.55.

[15]           _ Siti Rokhmi Lestari, S.S. dan Eva Dwi Kurniawan, S.S, Bahasa Indonesia : Untuk Perguruan Tinggi, (Yogyakarta : Edukasi Pustaka, 2011), hal. 48.

[16]           _ Ibid, hal. 48.

[17]           _ Ibid,  hal. 49.

[18]           _ Ibid, hal. 49-50.

[19]           _ Ibid, hal. 50.

[20]           _ Ngalimun Syahroni, M.Pd., Dwi Wahyu Candra dewi, M.Pd., dan Mahmudi, M.pd., Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta : Aswaja Pressindo, 2013), hal. 44-45.

[21]           _ Siti Rokhmi Lestari, S.S. dan Eva Dwi Kurniawan, S.S, Bahasa Indonesia : Untuk Perguruan Tinggi, (Yogyakarta : Edukasi Pustaka, 2011), hal. 50.

[22]           _ Ibid, hal. 51.

[23]           _ Ngalimun Syahroni, M.Pd., Dwi Wahyu Candra dewi, M.Pd., dan Mahmudi, M.pd., Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi, (Yogyakarta : Aswaja Pressindo, 2013), hal. 135.

[24]           _ Ibid,  hal. 136.

[25]           _ Ibid, hal. 135-136.