Puji
dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT, tuhan semesta alam
yang tidak tanggung tanggung mencurahkan banyak sekali nikmat kepada seluruh
hamba-Nya di dunia ini. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada
Baginda Rasul Muhammad SAW yang telah berjuang mati matian memperjuangkan agama
islam yang rahmatan lil ‘alamin(
menjadi rahmat bagi seluruh alam ).
Penulis
mengucapkan terimakasih kepada pertama Allah
SWT yang dengan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini.
Juga kedua kepada semua pihak yang
tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberi bantuan berupa material,
non material, maupun motivasi dalam penyelesaian penulisan makalah ini.
Makalah
ini berisi tentang emosi yang
ditunjau dari segi keilmuan psikologi. Harapan penulis, makalah ini bisa
menjadi bahan referensi bagi pembaca untuk memahami tentang emosi secara lebih dalam yang dikaji
dari bidang keilmuan psikologi.
Manusia
tentunya tidak pernah luput dari kesalahan, sehingga sangat dimungkinkan dalam
makalah ini masih terdapat kesalahan kesalahan yang tidak penulis sadari. Oleh
karenanya, kritik dan saran dari pembaca sangat penulis tunggu dalam kaitannya
untuk perbaikan diri dari khususnya makalah ini maupun umumya bagi diri penulis
dan pembaca sendiri.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dalam
kehidupan sehari hari, kita sering bertemu dengan istilah emosi, misalnya
ketika kita sedang dibuat marah oleh seseorang yang katakanlah si-A dengan
melakukan hal hal yang mengganggu ketenangan kita, pada awalnya kita masih bisa
sabar menghadapinya, namun lama kelamaan kesabaran itu mulai habis dan rasa
marah terpancing untuk keluar. Kemudian teman kita mengatakan “ sudah sudah,
jangan dibawa emosi, nggak ada
gunanya ngladenin dia”.
Dari
ilustrasi singkat diatas, kita dapat sedikit menggambarkan bahwa pengertian
emosi dalam perkataan seorang teman tersebut identik dengan istilah amarah atau
kemarahan. Tetapi apakah benar bahwa emosi itu adalah kemarahan, apakah emosi
merupakan kata lain dari marah?.
Ada juga
yang mengatakan bahwa emosi itu bukan hanya marah saja, akan tetapi bahagia
juga merupakan bagian dari emosi. Emosi terbagi menjadi emosi positif dan
negatif. Marah merupakan salah satu contoh dari emosi negatif, sedangkan
bahagia merupakan salah satu contoh dari emosi positif.
Berdasarkan keragu
raguan yang timbul dalam uraian diatas tentang apa itu emosi, penulis ingin
mengulas dan mengetahui lebih lanjut dan mendalam tentang maksud dari emosi itu
sendiri. Sehingga dalam makalah ini akan tersaji ulasan ulasan tentang emosi
yang dijelaskan dengan bahasa penulis sendiri.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah diuraikan diatas, timbul beberapa pokok permasalahan,
diantaranya :
1. Apa
yang dimaksud dengan emosi ?
2. Apa sajakah pembagian emosi ?
3. Apa
fungsi dari emosi ?
4. Bagaimana
emosi dapat terjadi ? bagaimana penjelasan secara biologisnya ?
5. Bagaimanakah tentang pertumbuhan emosi ?
C.
Tujuan
Beberapa maksud atau tujuan
penulis dalam pembuatan makalah ini diantaranya :
1. Mengetahui
definisi dari emosi
2. Mengetahui pembagian emosi
3. Mengetahui
fungsi emosi
4. Mengetahui
dasar biologis tentang emosi
5. Mengetahui pertumbuhan emosi
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Emosi
Setiap
individu pasti pernah mengalami suatu pengalaman yang menyenangkan maupun
menyedihkan. Sebagai contoh ( menyenangkan ) adalah pengalaman Ahfash saat
menanti pengumuman kelulusan di SMP N 1 Pleret.
“Pengumuman
dilakukan di dalam ruang kelas dengan pemberian amplop oleh wali kelas kepada
wali siswa yang berisi hasil kelulusan dan perolehan nilai ujian nasional,
sedang semua siswa menanti dari luar ruang kelas. Ketika itu detak jantung
Ahfash berdebar kencang, ia merasa cemas hingga tangannya gemetar. Dari luar
ruang kelas Ahfash dan semua siswa diam dan mendengarkan perbincangan wali
kelas dengan wali siswa. Puncak kecemasan itu muncul saat ia mendengarkan wali
kelas yang akan mengumumkan kelulusan siswa di kelas itu, sang guru berkata “
....dan hasilnya adalah, semua siswa kelas IX G lulus 100%”. Ketika itu sungguh
kegembiraan muncul dalam benak Ahfash yang mengetahui bahwa semua siswa kelas
IX G lulus termasuk dirinya. Tetapi masih ada secerca kecemasan dalam dirinya
yang ingin mengetahui hasil perolehan nilai ujian nasionalnya. Kegelisahan itu
kembali memuncak ketika walinya keluar dari kelas dan memberikan amplop itu.
Tangannya gemetar saat memegang dan akan membuka amplop itu, ia gelisah dan
dalam hatinya ia senantiasa membaca lafadz basmalah. Dan saat ia membukanya
untuk melihat perolehan nilainya, ia kembali merasa sangat gembira, dan
seketika itu perasaan gelisah itu berubah menjadi rasa kegembiraan yang amat
sangat”.
Di waktu waktu tertentu terkadang kita
menjumpai suatu pengalaman yang menimbulkan suatu perasaan yang kuat, baik itu
rasa gembira, sedih, gelisah atau cemas maupun perasaan perasaan yang lain,
misalnya adalah contoh diatas tentang pengalaman Ahfash ketika pengumuman
kelulusan di sekolahnya. Perasaan perasaan yang muncul itu pasti membawa gejala
gejala yang dapat dirasakan oleh tubuh kita, seperti detak jantung yang
bertambah cepat, tangan yang gemetar seperti dalam contoh pengalaman Ahfash.
Sulit bagi kita untuk mendefinisikan apa itu emosi karena semua akan memberikan
pengertian yang berbeda beda menurut apa yang dirasakan. Disini kita akan
menggunakan definisi umum : emosi adalah perasaan yang secara umum memiliki elemen
fisiologis dan kognitif serta mempengaruhi perilaku.[1]
Misalnya adalah kita merasakan perasan
bahagia, kita dapat membedakan emosi ini dengan emosi yang lain, seperti takut,
gelisah, atau yang lainnya. Kemudian tanpa sadar kita melakukan eleman
fisiologis dari emosi tersebut, misalnya adalah senyum atau
tertawa lepas. Dan secara kognitif kita dapat mengetahui atau memahami apa yang
menyebabkan kita merasa bahagia.
Terdapat perdebatan yang muncul dari para
teoritikus tentang emosi dan aspek kognitif. Ada yang mengatakan bahwa emosi
merupakan tindakan yang muncul setelah aspek kognitif ( pemahaman kita tentang
suatu pengalaman yang sedang kita jalani ). Dan ada yang mengatakan
berkebalikan dari pernyataan yang pertama, bahwa aspek kognitif merupakan
pemahaman tentang emosi yang sedang kita rasakan. Karena para pengikut dari
kedua belah pihak yang terlibat perdebatan tersebut dapat menunjukkan
penelitian yang mendukung sudut pandang mereka, pertanyaan ini masih jauh dari
terselesaikan.[2]
Kemudian yang
masih membingungkan adalah perbedaan antara emosi dengan perasaan yang tidak
dapat kita temukan dengan jelas. Perbedaan antara perasaan dan emosi tidak
dapat dinyatakan dengan tegas, karena keduanya merupakan suatu kelangsungan
kwalitatif yang tidak jelas batasnya.[3] Akan tetapi ada yang dapat
mengemukakan perbedaan antara perasaan dan emosi yaitu Paul Ekman dalam bukunya
yang berjudul “Pedoman Membaca Emosi
Orang”.
( Sebuah episode
emosional bisa menjadi singkat, kadang berlangsung hanya beberapa detik, kadang
menjadi sangat lama. Jika episode tersebut berlangsung berjam jam, maka itu
adalah suasana hati, bukan sebuah emosi.[4])
B. Pembagian Emosi
Menurut beberapa
sumber yang penulis baca, banyak darinya yang membagi emosi menjadi dua bagian,
yaitu emosi positif dan emosi negatif.
1)
Emosi Positif
Emosi positif
adalah emosi yang mampu menghadirkan perasaan positif terhadap seseorang yang
mengalaminya.[5]
Diantara yang termasuk emosi positif adalah bahagia, cinta, harapan, romansa,
keyakinan, seks, dll. Banyak penelitian yang dilakukan oleh para ahli tentang
keterkaitan emosi positif ini dengan kesehatan.
2)
Emosi Negatif
Emosi negatif
merupakan emosi yang selalu identik dengan perasaan tidak menyenangkan dan
dapat mengakibatkan perasaan negatif pada orang yang mengalaminya.[6] Diantara yang termasuk
emosi negatif adalah takut, sedih, kecewa, gelisah, bersalah, dll. Banyak dari
ahli yang berpendapat bahwa emosi negatif yang terlalu diluap luapkan akan
berdampak negatif pada kesehatan, juga dapat menghentikan aktivitas aktivitas
positif. Meskipun emosi negative banyak membawa dampak buruk bagi diri sendiri
maupun orang lain, bukan berarti “kodrat alami manusia” ini tidak membawa
manfaat. Jika kita mau , kita dapat mengalihkan energi negatif ( yang banyak
membawa kerugian ) menjadi energi positif ( yang banyak membawa manfaat ).
Misalnya, emosi marah apabila dikelola dengan benar bisa menjadi kekuatan dalam
bentuk semangat kerja, belajar, dan untuk berprestasi.[7]
C.
Fungsi Emosi
Emosi selalu hadir dalam
keseharian kita ketika menjumpai suatu pengalaman atau peristiwa. Kita akan
merasa senang mendapat bantuan dari orang lain saat mengerjakan tugas yang
banyak sedang kita tidak mampu untuk menyelesaikannya sendiri. Juga akan merasa
bersalah ketika tidak mampu menepati janji yang telah dibuat bersama sang
kekasih. Maka dari itu, kita dapat membayangkan apa yang akan terjadi dalam
keseharian kita tanpa hadirnya emosi, hidup akan terasa hampa ibaratkan sayur
tanpa garam. Kita tidak akan pernah merasakan yang namanya marah, gelisah,
cemas, jijik, takut, hingga mungkin bahagia, nyaman, bangga, dan cinta.
Psikolog telah mendefinisikan beberapa fungsi penting dari emosi bagi kehidupan
kita sehari hari ( Frederickson & Branigan, 2005; Fridja, 2005; Gross,
2006; Siemer, Mauss, & Gross, 2007 ).[8] Diantaranya yang penting adalah
pertama, emosi mempersiapkan kita
untuk bertindak. Emosi berperan sebagai penghubung antara sensasi dengan
persepsi. Contohnya bila kita bertemu melihat seekor
anjing penjaga yang lari ke arah kita, kemudian pesan sensorik dikirimkan
dari mata ke sistem saraf pusat, emosi “takut” yang kita rasakan akan memberi
pesan untuk “lari”, sebagai respon atau persepsi atas pesan sensoris dari mata
tersebut. Kedua, emosi membentuk perilaku
kita di masa depan. Suatu emosi yang kita rasakan dimasa lampau semisal
perasaan tidak nyaman makan di “angkringan”, akan merangsang kita untuk
menghindarinya ( makan di angkringan ) dimasa yang akan datang. Ketiga, emosi membantu kita untuk bisa
berkomunikasi dengan orang lain secara lebih efektif. Emosi memiliki elemen
fisiologis yang dapat membantu kita mengetahui suasana hati atau perasaan yang sedang dirasakan oleh
orang lain, sehingga kita tahu bagaimana cara yang sesuai untuk berinteraksi
dengan orang tersebut.
D.
Dasar Biologis Emosi
Dalam susunan system rumit yang telah diciptakan oleh Yang Maha Kuasa
dalam diri setiap manusia, terdapat salah satunya adalah system syaraf otonom.
System syaraf ini berguna untuk mengawasi proses proses dalam diri setiap
manusia tanpa disadari oleh manusia tersebut, misalnya adalah proses bernafas,
perncernaan, dan denyut jantung. System syaraf otonom ini dibagi menjadi dua
bagian menurut fungsinya, yaitu system syaraf simpatetis dan parasimpatetis.
System syaraf simpatetis adalah system syaraf yang bekerja merangsang
tubuh, dengan meningkatkan denyut jantung, aliran darah ke otak, dan
pernafasan. Semua perubahan ini menyiapkan kita untuk suatu tindakan.[9] Namun, system
syaraf simpatetis ini melambatkan proses pencernaan, karena memang bukan suatu
tindakan yang diperlukan pada saat itu.
System syaraf parasimpatetis adalah
system syaraf yang berkebalikan dari system syaraf parasimpatetis, yaitu
menenangkan tubuh dengan melambatkan ( merelaksasi ) denyut jantung, aliran
darah ke otak, dan pernafasan, serta meningkatkan lagi kerja system pencernaan.
Emosi seperti marah dan rasa takut
diasosiasikan dengan meningkatnya aktivitas saraf simpatetis seperti yang
terjadi pada peningkatan tekanan darah dan denyut jantung yang semakin cepat.[10] Sedangkan
perasaan bahagia dan puas diasosiasikan dengan meningkatnya aktivitas system
syaraf parasimpatetis seperti memperlambat denyut jantung, dan pernafasan yang
kembali normal.
Perbedaan fungsi dari kedua system
syaraf ini dapat dilihat dalam tabel
berikut.
Saraf simpatetis
|
yang dipengaruhi
|
Saraf parasimpatetis
|
Meningkatkan
|
Aliran darah
ke otak
|
Menurunkan
|
Melakukan dilasi/ pembesaran
|
Pupil mata
|
Membatasi/
memperkecil
|
Lebih cepat
|
Kecepatan
bernafas
|
Lebih lambat
|
Lebih cepat
|
Denyut jantung
|
Lebih lambat
|
Meningkat
|
Jumlah
keringat di kulit
|
Menurun
|
Berkurang
|
Aktivitas pencernaan
|
Meningkat
|
Meningkat; hormon homon stres dikeluarkan
|
Aktivitas
kelenjar adrenal
|
Menurun;
hormon hormone stres dihambat
|
Beberapa perubahan perubahan pada
tubuh pada saat emosi dapat kita rasakan. Terutama pada emosi yang kuat,
seringkali terjadi juga perubahan perubahan pada tubuh kita antara lain[11] :
1) Reaksi elektris pada kulit : meningkat bila terpesona.
2) Peredaran darah : bertambah cepat bila marah.
3) Denyut jantung : bertambah cepat bila terkejut.
4) Pernafasan : bernafas panjang kalau kecewa.
5) Pupil mata : membesar bila sakit atau marah.
6) Liur : mongering kalau takut atau tegang.
7) Buluroma : berdiri kalau takut.
8) Pencernaan : mencret mencret kalau tegang.
9) Otot : ketegangan dan ketakutan menyebabkan menegang atau bergetar ( tremor ).
10) Kompisi darah : komposisi darah akan ikut berubah dalam keadaan emosionil
karena kelenjar kelenjar lebih aktif.
E. Pertumbuhan Emosi
Emosi mengalami perkembangan dan pertumbuhan
yang ditentukan oleh proses pematangan dan proses belajar. Seorang bayi yang
baru lahir sudah dapat menangis, tetapi ia harus mencapai tingkat kematangan
tertentu sebelum ia dapat tertawa.[12]
Pada saat bayi lahir,satu satunya emosi yang nampak adalah kegelisahan yang di
tunjukkan dengan menangis bahkan sampai meronta ronta. Pada keadaan tenang,
sang bayi tidak menunjukkan emosi apa apa.
Tiga bulan kemudian baru nampak
pembedaan. Sekarang terdapat dua ekstrimitas, yaitu rasa tertekan atau
terganggu dan rasa senang atau gembira.[13] Semakin sang
bayi bertambah besar, emoi ikut melakukan perkembangan. Di usia lima bulan,
marah dan benci mulai dipisahkan dari perasaan tertekan dan terganggu. Usia 7
bulanmulai nampak perasaan takut.[14] Kemudian
dilanjutkan pada usia sekitar 10 – 12 bulan perasaan bersemangat mulai
berdpisah dari perasaan senang..
Setelah itu emosi bayi tersebut akan
berkembang dari proses belajarnya. Faktor kebudayaan dilingkungannya akan
sangat berpengaruh pada proses belajar bayi ini tentang emosi dan cara
menyatakannya. Sehingga ekspresi tersebut dapat dipahami oleh orang orang yang
berada dalam satu kebudayaan.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam pengertian
emosi, setiap orang member definisi yang berbeda beda, namun menurut pengertian
umum, emosi adalah perasaan
yang secara umum memiliki elemen fisiologis dan kognitif serta mempengaruhi
perilaku. Kebanyakan membagi emosi menjadi dua bagian yaitu
emosi positif ( senang, bahagia, cinta, dll ) dan emosi negatif ( marah, sedih,
takut, kecewa, dll ). Fungsi emosi diantaranya adalah pertama, emosi mempersiapkan kita untuk bertindak. Kedua, emosi membentuk perilaku kita
di masa depan. Ketiga, emosi membantu kita untuk bisa
berkomunikasi dengan orang lain secara lebih efektif. Secara biologis
emosi dekendalikan oleh system syaraf otonom yang dibagi menjadi system syaraf
simpatetis dan parasimpatetis.
B. Daftar
Pustaka
Feldman, Robert S. 2012. Pengantar psikologi:understanding psychology. Jakarta:
Salemba Humanika.
Sarwon, Sarlito Wirawan. 1982. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: Bulan
Bintang.
Ekman, Paul. 2013. Pedoman Membaca Emosi Orang. Yogyakarta: THINK.
Syukur, Abdul. 2011. Beragam Cara Terapi Gangguan Emosi Sehari-hari. Yogyakarta: DIVA
press.
King, Laura.A. 2010. Psikologi Umum: sebuah pandangan apresiatif. Jakarta: Salemba
Humanika.
[1] Robert S Feldman.Pengantar
psikologi:understanding psychology.(Jakarta: Salemba Humanika, 2012).hlm.30.
[5] Abdul Syukur.Beragam Cara Terapi Gangguan Emosi
Sehari-hari.(Yogyakarta: DIVA press, 2011).hlm.26.
[8]Robert S Feldman.Pengantar
psikologi:understanding psychology.(Jakarta : Salemba Humanika, 2012).hlm.31.
[9]Laura.A King.Psikologi Umum: sebuah pandangan apresiatif.(Jakarta: Salemba
Humanika, 2010).hlm.99.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar