Kamis, 26 Mei 2016

Makalah Psikologi : Emosi


            Puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT, tuhan semesta alam yang tidak tanggung tanggung mencurahkan banyak sekali nikmat kepada seluruh hamba-Nya di dunia ini. Sholawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Baginda Rasul Muhammad SAW yang telah berjuang mati matian memperjuangkan agama islam yang rahmatan lil ‘alamin( menjadi rahmat bagi seluruh alam ).
            Penulis mengucapkan terimakasih kepada pertama Allah SWT yang dengan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini. Juga kedua kepada semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberi bantuan berupa material, non material, maupun motivasi dalam penyelesaian penulisan makalah ini.
            Makalah ini berisi tentang emosi yang ditunjau dari segi keilmuan psikologi. Harapan penulis, makalah ini bisa menjadi bahan referensi bagi pembaca untuk memahami tentang emosi secara lebih dalam yang dikaji dari bidang keilmuan psikologi.
            Manusia tentunya tidak pernah luput dari kesalahan, sehingga sangat dimungkinkan dalam makalah ini masih terdapat kesalahan kesalahan yang tidak penulis sadari. Oleh karenanya, kritik dan saran dari pembaca sangat penulis tunggu dalam kaitannya untuk perbaikan diri dari khususnya makalah ini maupun umumya bagi diri penulis dan pembaca sendiri.

Text Box: Bantul, 15 Nov 2015
Penulis

Ahfash Tontowi




BAB I
PENDAHULUAN


A.   Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari hari, kita sering bertemu dengan istilah emosi, misalnya ketika kita sedang dibuat marah oleh seseorang yang katakanlah si-A dengan melakukan hal hal yang mengganggu ketenangan kita, pada awalnya kita masih bisa sabar menghadapinya, namun lama kelamaan kesabaran itu mulai habis dan rasa marah terpancing untuk keluar. Kemudian teman kita mengatakan “ sudah sudah, jangan dibawa emosi, nggak ada gunanya ngladenin dia”.
Dari ilustrasi singkat diatas, kita dapat sedikit menggambarkan bahwa pengertian emosi dalam perkataan seorang teman tersebut identik dengan istilah amarah atau kemarahan. Tetapi apakah benar bahwa emosi itu adalah kemarahan, apakah emosi merupakan kata lain dari marah?.
Ada juga yang mengatakan bahwa emosi itu bukan hanya marah saja, akan tetapi bahagia juga merupakan bagian dari emosi. Emosi terbagi menjadi emosi positif dan negatif. Marah merupakan salah satu contoh dari emosi negatif, sedangkan bahagia merupakan salah satu contoh dari emosi positif.
Berdasarkan keragu raguan yang timbul dalam uraian diatas tentang apa itu emosi, penulis ingin mengulas dan mengetahui lebih lanjut dan mendalam tentang maksud dari emosi itu sendiri. Sehingga dalam makalah ini akan tersaji ulasan ulasan tentang emosi yang dijelaskan dengan bahasa penulis sendiri.

B.   Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, timbul beberapa pokok permasalahan, diantaranya :
1.    Apa yang dimaksud dengan emosi ?
2.    Apa sajakah pembagian emosi ?
3.    Apa fungsi dari emosi ?
4.    Bagaimana emosi dapat terjadi ? bagaimana penjelasan secara biologisnya ?
5.    Bagaimanakah tentang pertumbuhan emosi ?

C.   Tujuan

Beberapa maksud atau tujuan penulis dalam pembuatan makalah ini diantaranya :
1.    Mengetahui definisi dari emosi
2.    Mengetahui pembagian emosi
3.    Mengetahui fungsi emosi
4.    Mengetahui dasar biologis tentang emosi
5.    Mengetahui pertumbuhan emosi














BAB II
PEMBAHASAN


A.   Pengertian Emosi

Setiap individu pasti pernah mengalami suatu pengalaman yang menyenangkan maupun menyedihkan. Sebagai contoh ( menyenangkan ) adalah pengalaman Ahfash saat menanti pengumuman kelulusan di SMP N 1 Pleret.
“Pengumuman dilakukan di dalam ruang kelas dengan pemberian amplop oleh wali kelas kepada wali siswa yang berisi hasil kelulusan dan perolehan nilai ujian nasional, sedang semua siswa menanti dari luar ruang kelas. Ketika itu detak jantung Ahfash berdebar kencang, ia merasa cemas hingga tangannya gemetar. Dari luar ruang kelas Ahfash dan semua siswa diam dan mendengarkan perbincangan wali kelas dengan wali siswa. Puncak kecemasan itu muncul saat ia mendengarkan wali kelas yang akan mengumumkan kelulusan siswa di kelas itu, sang guru berkata “ ....dan hasilnya adalah, semua siswa kelas IX G lulus 100%”. Ketika itu sungguh kegembiraan muncul dalam benak Ahfash yang mengetahui bahwa semua siswa kelas IX G lulus termasuk dirinya. Tetapi masih ada secerca kecemasan dalam dirinya yang ingin mengetahui hasil perolehan nilai ujian nasionalnya. Kegelisahan itu kembali memuncak ketika walinya keluar dari kelas dan memberikan amplop itu. Tangannya gemetar saat memegang dan akan membuka amplop itu, ia gelisah dan dalam hatinya ia senantiasa membaca lafadz basmalah. Dan saat ia membukanya untuk melihat perolehan nilainya, ia kembali merasa sangat gembira, dan seketika itu perasaan gelisah itu berubah menjadi rasa kegembiraan yang amat sangat”.
     Di waktu waktu tertentu terkadang kita menjumpai suatu pengalaman yang menimbulkan suatu perasaan yang kuat, baik itu rasa gembira, sedih, gelisah atau cemas maupun perasaan perasaan yang lain, misalnya adalah contoh diatas tentang pengalaman Ahfash ketika pengumuman kelulusan di sekolahnya. Perasaan perasaan yang muncul itu pasti membawa gejala gejala yang dapat dirasakan oleh tubuh kita, seperti detak jantung yang bertambah cepat, tangan yang gemetar seperti dalam contoh pengalaman Ahfash. Sulit bagi kita untuk mendefinisikan apa itu emosi karena semua akan memberikan pengertian yang berbeda beda menurut apa yang dirasakan. Disini kita akan menggunakan definisi umum : emosi adalah perasaan yang secara umum memiliki elemen fisiologis dan kognitif serta mempengaruhi perilaku.[1]
     Misalnya adalah kita merasakan perasan bahagia, kita dapat membedakan emosi ini dengan emosi yang lain, seperti takut, gelisah, atau yang lainnya. Kemudian tanpa sadar kita melakukan eleman fisiologis dari emosi tersebut, misalnya adalah senyum atau tertawa lepas. Dan secara kognitif kita dapat mengetahui atau memahami apa yang menyebabkan kita merasa bahagia.
     Terdapat perdebatan yang muncul dari para teoritikus tentang emosi dan aspek kognitif. Ada yang mengatakan bahwa emosi merupakan tindakan yang muncul setelah aspek kognitif ( pemahaman kita tentang suatu pengalaman yang sedang kita jalani ). Dan ada yang mengatakan berkebalikan dari pernyataan yang pertama, bahwa aspek kognitif merupakan pemahaman tentang emosi yang sedang kita rasakan. Karena para pengikut dari kedua belah pihak yang terlibat perdebatan tersebut dapat menunjukkan penelitian yang mendukung sudut pandang mereka, pertanyaan ini masih jauh dari terselesaikan.[2]
Kemudian yang masih membingungkan adalah perbedaan antara emosi dengan perasaan yang tidak dapat kita temukan dengan jelas. Perbedaan antara perasaan dan emosi tidak dapat dinyatakan dengan tegas, karena keduanya merupakan suatu kelangsungan kwalitatif yang tidak jelas batasnya.[3] Akan tetapi ada yang dapat mengemukakan perbedaan antara perasaan dan emosi yaitu Paul Ekman dalam bukunya yang berjudul “Pedoman Membaca Emosi Orang”.
( Sebuah episode emosional bisa menjadi singkat, kadang berlangsung hanya beberapa detik, kadang menjadi sangat lama. Jika episode tersebut berlangsung berjam jam, maka itu adalah suasana hati, bukan sebuah emosi.[4])

B.   Pembagian Emosi

Menurut beberapa sumber yang penulis baca, banyak darinya yang membagi emosi menjadi dua bagian, yaitu emosi positif dan emosi negatif.
1)    Emosi Positif
Emosi positif adalah emosi yang mampu menghadirkan perasaan positif terhadap seseorang yang mengalaminya.[5] Diantara yang termasuk emosi positif adalah bahagia, cinta, harapan, romansa, keyakinan, seks, dll. Banyak penelitian yang dilakukan oleh para ahli tentang keterkaitan emosi positif ini dengan kesehatan.
2)    Emosi Negatif
Emosi negatif merupakan emosi yang selalu identik dengan perasaan tidak menyenangkan dan dapat mengakibatkan perasaan negatif pada orang yang mengalaminya.[6] Diantara yang termasuk emosi negatif adalah takut, sedih, kecewa, gelisah, bersalah, dll. Banyak dari ahli yang berpendapat bahwa emosi negatif yang terlalu diluap luapkan akan berdampak negatif pada kesehatan, juga dapat menghentikan aktivitas aktivitas positif. Meskipun emosi negative banyak membawa dampak buruk bagi diri sendiri maupun orang lain, bukan berarti “kodrat alami manusia” ini tidak membawa manfaat. Jika kita mau , kita dapat mengalihkan energi negatif ( yang banyak membawa kerugian ) menjadi energi positif ( yang banyak membawa manfaat ). Misalnya, emosi marah apabila dikelola dengan benar bisa menjadi kekuatan dalam bentuk semangat kerja, belajar, dan untuk berprestasi.[7]

C.   Fungsi Emosi

Emosi selalu hadir dalam keseharian kita ketika menjumpai suatu pengalaman atau peristiwa. Kita akan merasa senang mendapat bantuan dari orang lain saat mengerjakan tugas yang banyak sedang kita tidak mampu untuk menyelesaikannya sendiri. Juga akan merasa bersalah ketika tidak mampu menepati janji yang telah dibuat bersama sang kekasih. Maka dari itu, kita dapat membayangkan apa yang akan terjadi dalam keseharian kita tanpa hadirnya emosi, hidup akan terasa hampa ibaratkan sayur tanpa garam. Kita tidak akan pernah merasakan yang namanya marah, gelisah, cemas, jijik, takut, hingga mungkin bahagia, nyaman, bangga, dan cinta. Psikolog telah mendefinisikan beberapa fungsi penting dari emosi bagi kehidupan kita sehari hari ( Frederickson & Branigan, 2005; Fridja, 2005; Gross, 2006; Siemer, Mauss, & Gross, 2007 ).[8] Diantaranya yang penting adalah pertama, emosi mempersiapkan kita untuk bertindak. Emosi berperan sebagai penghubung antara sensasi dengan persepsi. Contohnya bila kita bertemu melihat seekor anjing penjaga yang lari ke arah kita, kemudian pesan sensorik dikirimkan dari mata ke sistem saraf pusat, emosi “takut” yang kita rasakan akan memberi pesan untuk “lari”, sebagai respon atau persepsi atas pesan sensoris dari mata tersebut. Kedua, emosi membentuk perilaku kita di masa depan. Suatu emosi yang kita rasakan dimasa lampau semisal perasaan tidak nyaman makan di “angkringan”, akan merangsang kita untuk menghindarinya ( makan di angkringan ) dimasa yang akan datang. Ketiga, emosi membantu kita untuk bisa berkomunikasi dengan orang lain secara lebih efektif. Emosi memiliki elemen fisiologis yang dapat membantu kita mengetahui suasana hati atau perasaan yang sedang dirasakan oleh orang lain, sehingga kita tahu bagaimana cara yang sesuai untuk berinteraksi dengan orang tersebut.

D.   Dasar Biologis Emosi

Dalam susunan system rumit yang telah diciptakan oleh Yang Maha Kuasa dalam diri setiap manusia, terdapat salah satunya adalah system syaraf otonom. System syaraf ini berguna untuk mengawasi proses proses dalam diri setiap manusia tanpa disadari oleh manusia tersebut, misalnya adalah proses bernafas, perncernaan, dan denyut jantung. System syaraf otonom ini dibagi menjadi dua bagian menurut fungsinya, yaitu system syaraf simpatetis dan parasimpatetis.
System syaraf simpatetis adalah system syaraf yang bekerja merangsang tubuh, dengan meningkatkan denyut jantung, aliran darah ke otak, dan pernafasan. Semua perubahan ini menyiapkan kita untuk suatu tindakan.[9] Namun, system syaraf simpatetis ini melambatkan proses pencernaan, karena memang bukan suatu tindakan yang diperlukan pada saat itu.
            System syaraf parasimpatetis adalah system syaraf yang berkebalikan dari system syaraf parasimpatetis, yaitu menenangkan tubuh dengan melambatkan ( merelaksasi ) denyut jantung, aliran darah ke otak, dan pernafasan, serta meningkatkan lagi kerja system pencernaan.
            Emosi seperti marah dan rasa takut diasosiasikan dengan meningkatnya aktivitas saraf simpatetis seperti yang terjadi pada peningkatan tekanan darah dan denyut jantung yang semakin cepat.[10] Sedangkan perasaan bahagia dan puas diasosiasikan dengan meningkatnya aktivitas system syaraf parasimpatetis seperti memperlambat denyut jantung, dan pernafasan yang kembali normal.
            Perbedaan fungsi dari kedua system syaraf ini dapat dilihat dalam tabel  berikut.
Saraf simpatetis
yang dipengaruhi
Saraf parasimpatetis
Meningkatkan
Aliran darah ke otak
Menurunkan
Melakukan dilasi/ pembesaran
Pupil mata
Membatasi/
 memperkecil
Lebih cepat
Kecepatan bernafas
Lebih lambat
Lebih cepat
Denyut jantung
Lebih lambat
Meningkat
Jumlah keringat di kulit
Menurun
Berkurang
Aktivitas pencernaan
Meningkat
Meningkat; hormon homon stres dikeluarkan
Aktivitas kelenjar adrenal
Menurun; hormon hormone stres dihambat

            Beberapa perubahan perubahan pada tubuh pada saat emosi dapat kita rasakan. Terutama pada emosi yang kuat, seringkali terjadi juga perubahan perubahan pada tubuh kita antara lain[11] :
1)    Reaksi elektris pada kulit : meningkat bila terpesona.
2)    Peredaran darah : bertambah cepat bila marah.
3)    Denyut jantung : bertambah cepat bila terkejut.
4)    Pernafasan : bernafas panjang kalau kecewa.
5)    Pupil mata : membesar bila sakit atau marah.
6)    Liur : mongering kalau takut atau tegang.
7)    Buluroma : berdiri kalau takut.
8)    Pencernaan : mencret mencret kalau tegang.
9)    Otot : ketegangan dan ketakutan menyebabkan menegang atau bergetar ( tremor ).
10) Kompisi darah : komposisi darah akan ikut berubah dalam keadaan emosionil karena kelenjar kelenjar lebih aktif.

E.   Pertumbuhan Emosi

Emosi mengalami perkembangan dan pertumbuhan yang ditentukan oleh proses pematangan dan proses belajar. Seorang bayi yang baru lahir sudah dapat menangis, tetapi ia harus mencapai tingkat kematangan tertentu sebelum ia dapat tertawa.[12] Pada saat bayi lahir,satu satunya emosi yang nampak adalah kegelisahan yang di tunjukkan dengan menangis bahkan sampai meronta ronta. Pada keadaan tenang, sang bayi tidak menunjukkan emosi apa apa.
            Tiga bulan kemudian baru nampak pembedaan. Sekarang terdapat dua ekstrimitas, yaitu rasa tertekan atau terganggu dan rasa senang atau gembira.[13] Semakin sang bayi bertambah besar, emoi ikut melakukan perkembangan. Di usia lima bulan, marah dan benci mulai dipisahkan dari perasaan tertekan dan terganggu. Usia 7 bulanmulai nampak perasaan takut.[14] Kemudian dilanjutkan pada usia sekitar 10 – 12 bulan perasaan bersemangat mulai berdpisah dari perasaan senang..
            Setelah itu emosi bayi tersebut akan berkembang dari proses belajarnya. Faktor kebudayaan dilingkungannya akan sangat berpengaruh pada proses belajar bayi ini tentang emosi dan cara menyatakannya. Sehingga ekspresi tersebut dapat dipahami oleh orang orang yang berada dalam satu kebudayaan.



















BAB III
PENUTUP


A.   Kesimpulan

Dalam pengertian emosi, setiap orang member definisi yang berbeda beda, namun menurut pengertian umum, emosi adalah perasaan yang secara umum memiliki elemen fisiologis dan kognitif serta mempengaruhi perilaku. Kebanyakan membagi emosi menjadi dua bagian yaitu emosi positif ( senang, bahagia, cinta, dll ) dan emosi negatif ( marah, sedih, takut, kecewa, dll ). Fungsi emosi diantaranya adalah pertama, emosi mempersiapkan kita untuk bertindak. Kedua, emosi membentuk perilaku kita di masa depan. Ketiga, emosi membantu kita untuk bisa berkomunikasi dengan orang lain secara lebih efektif. Secara biologis emosi dekendalikan oleh system syaraf otonom yang dibagi menjadi system syaraf simpatetis dan parasimpatetis.












B.   Daftar Pustaka


Feldman, Robert S. 2012. Pengantar psikologi:understanding psychology. Jakarta: Salemba Humanika.
Sarwon, Sarlito Wirawan. 1982. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta: Bulan Bintang.
Ekman, Paul. 2013. Pedoman Membaca Emosi Orang. Yogyakarta: THINK.
Syukur, Abdul. 2011. Beragam Cara Terapi Gangguan Emosi Sehari-hari. Yogyakarta: DIVA press.
King, Laura.A. 2010. Psikologi Umum: sebuah pandangan apresiatif. Jakarta: Salemba Humanika.




[1] Robert S Feldman.Pengantar psikologi:understanding psychology.(Jakarta: Salemba Humanika, 2012).hlm.30.
[2]Ibid.hlm.31.
[3] Dr. Sarlito Wirawan Sarwon.Pengantar Umum Psikologi.(Jakarta: Bulan Bintang, 1982).hlm.59.
[4] Paul Ekman. Pedoman Membaca Emosi Orang.(Yogyakarta: THINK, 2013).hlm.333.
[5] Abdul Syukur.Beragam Cara Terapi Gangguan Emosi Sehari-hari.(Yogyakarta: DIVA press, 2011).hlm.26.
[6] Ibid.hlm.31.
[7] Ibid.hlm.33.
[8]Robert S Feldman.Pengantar psikologi:understanding psychology.(Jakarta : Salemba Humanika, 2012).hlm.31.
[9]Laura.A King.Psikologi Umum: sebuah pandangan apresiatif.(Jakarta: Salemba Humanika, 2010).hlm.99.
[10] Ibid.hlm.99.
[11] Dr. Sarlito Wirawan Sarwon.Pengantar Umum Psikologi.(Jakarta: Bulan Bintang, 1982).hlm.59.
[12] Ibid.hlm.60.
[13] Ibid.,
[14] Ibid.,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar